Pendidikan Karakter sangat penting untuk membenahi diri menuju kehidupan yang jauh lebih baik
Senin, 10 Juli 2017
Janji dan utang
Hari ini rasanya sungguh aneh. Yulia merasa dikelilingi oleh berbagai kejadian yang
mirip antara satu dengan yang lainnya. Yulia teringat kejadian kemarin waktu dia
pergi ke sebuah mal. Ketika sedang turun melalui tangga berjalan, di hadapannya
terdapat
seorang ibu dan anak perempuannya yang masih kecil. Ibu itu berdiri di depan,
anaknya di belakang bersama seorang babysitter. Anak ini memegang kantong
makanan ringan yang sudah dibuka di tangan kirinya. Agak kerepotan juga karena
lengan kirinya dipegangi sang babysiter. Tangan kanannya berusaha memegangi
kantong makanan ringan tersebut.
Ibunya kemudian menoleh ke belakang dan berkata:"Sini kantong makanannya, ibu
bawakan. Biar tidak repot." Anak itu ragu-ragu sejenak. Tapi setelah berpikir
sebentar, dia mengulurkan tangannya sambil berkata:"Jangan dimakan!". "Nggak",
kata ibunya. Anak itu percaya perkataan ibunya dan menyerahkan kantong
makanannya. Tapi Yulia kaget ketika melihat sang ibu langsung mengambil dan
memakannya. Anak kecil itu berteriak:"Jangan dimakan!". Si ibu hanya tertawa.
Sesampainya di bawah, anak kecil tadi merebut kembali kantong makanan dari
tangan ibunya sambil marah-marah. Yang membuat Yulia sedih, Yulia melihat
ekspresi kekecewaan dalam diri anak tersebut. Janji ibunya yang dipercayainya,
ternyata tidak ditepati.
Mungkin bagi sang ibu, kejadian itu dianggap lucu. Tapi bagi si anak, hatinya luka
dan kecewa. Apa arti sebuah janji kalau tidak bisa dipercaya? Kalau lain kali ibunya
berjanji seperti itu lagi, apakah anaknya bisa percaya?
Ingkar janji
Yulia teringat ketika dia dulu masih kecil. Kebetulan Yulia senang ilmu bela diri. Yulia
memiliki seorang paman yang sangat baik. Statu kali pamannya ini membicarakan
ilmu bela diri Yulia. Pamannya kemudian ingin mengukur kekuatan pukulan Yulia.
Beliau meminta agar Yulia memukul lututnya. Yulia menolak karena tidak ingin
menyakiti
lutut pamannya. Tapi pamannya meyakinkannya bahwa beliau tidak akan sakit.
Dari bimbang, akhirnya Yulia percaya penuh pada pamannya. Dia pun mengepalkan
tinjunya yang kecil dan memukul lutut pamannya dengan keras. Tepat pada saat
tinjunya hampir mengenai lutut sang paman, beliau menggerakkan lututnya dan
menghindar. Kepalan tangan Yulia membentur pinggiran kursi yang terbuat dari kayu.
Sakitnya bukan kepalang. Tapi, yang lebih sakit lagi adalah hatinya. Yulia sangat
kecewa karena pamannya ternyata menipunya. Dia sudah menaruh kepercayaan
penuh pada pamannya, tapi sang paman mengkhianatinya. Tapi pamannya terus
tertawa karena menganggap kejadian itu lucu. Sungguh menyakitkan hati.
Rina, rekan kerja di ruang sebelah juga sedang menggerutu. Rina sudah lama
berteman dengan Meri. Kemarin Meri pindah rumah. Rina yang sudah pernah
merasakan repotnya pindah rumah berniat membantu Meri. Karena itu Rina
mengatakan agar Meri tidak perlu khawatir. Rina pasti akan membantunya
membereskan barang-barang di rumah barunya. Tapi kemarin Rina sibuk sekali di
kantor. Karena itu, sorenya Rina malas ke rumah Meri. Ternyata Meri menelepon
dan menanyakan mengapa Rina tidak datang. Meri menagih janji Rina.
Tapi rupanya Rina tidak suka. Memangnya saya berutang pada Meri? Katanya. Yulia
menjawab :"Janji adalah utang."
Ferdi tadi menelepon. Dulu Ferdi bekerja di kantor tempat Yulia bekerja. Sudah dua
tahun dia di sana. Kemudian dia pindah bekerja di perusahaan lain. Baru dua minggu
dia bekerja di perusahaan yang baru itu. Ketika akan masuk kerja, dia dijanjikan
mobil dan jabatan yang tinggi. Tentu saja Ferdi senang sekali bekerja di perusahaan
tersebut.
Tapi ternyata fasilitas yang sudah dijanjikan tidak sesuai. Tak ada mobil. Ketika Ferdi
menagih ke atasannya sesuai janjinya, malah beliau tersinggung. Katanya, dia kan
tidak berutang apa-apa? Lagipula belum kelihatan hasil kerjanya kok minta mobil.
Kalau ternyata perusahaan berat memberikan mobil, mengapa dulu begitu mudah
mengucapkan janji? Bukankah janji adalah utang?
Di bagian penjualan, pagi tadi ada pelanggan yang marah-marah karena salah
seorang karyawan berjanji akan datang pukul sembilan sambil membawakan formulir
pesanan, ternyata hingga dua hari dia tidak muncul. Ada juga yang marah-marah
karena bagian penjualan berjanji akan menelepon sepuluh menit lagi, eh ternyata
sudah satu jam tidak juga menelepon. Padahal orang tersebut sudah menunggu di
samping pesawat telepon.
Hari ini Yulia belajar sesuatu. Sebagian orang sangat meremehkan janji. Padahal
janji adalah utang yang harus ditepati. Yulia berniat tidak akan terlalu mudah
mengucapkan janji. Dia sadar kadang-kadang janji diucapkan hanya untuk
menunjukkan pada orang lain bahwa dia baik. Tapi Yulia diingatkan, bukan janji yang
membuat orang kagum pada kita. Tapi menepati janji yang pernah diucapkan jauh
lebih berharga. "Janji adalah utang". Keep your promise!
Sumber: Janji dan Utang oleh Lisa Nuryanti
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar