Senin, 10 Juli 2017

Mengejar Sukses


Bangkitlah, karena hal itu adalah tugasmu. Kami akan mendampingi engkau. Kuatkanlah hatimu, dan
bertindaklah! ~ Ezra
Hal apa yang paling diinginkan semua umat manusia? Jawabannya: sukses. Sukses
telah menjadi impian bahkan kebutuhan mutlak setiap manusia. Berbagai jenis
pendidikan diambil, beragam jenis pekerjaan ditekuni demi mencapai kesuksesan.
Sayangnya, meski semua manusia ingin sukses, tidak semuanya memahami apa itu
kesuksesan. Bahkan, dalam ratusan seminar dan training yang saya bawakan, saya
sering menemukan beragam definisi tentang apa itu kesuksesan. Tidak sedikit yang
masih menganggap kesuksesan identik dengan punya harta banyak. Bisa jadi
mereka mungkin lupa atau tidak sadar mengenai begitu banyak orang kaya (secara
materi) yang hidup daam stres, depresi hingga mati dengan cara bunuh diri. Ironis!
Ada juga yang menganggap sukses identik dengan meraih sebuah prestasi atau citacita.
Terhadap definisi ini, saya sering balik bertanya, "Bagaimana dengan Michael
Jordan yang sudah meraih semua prestasi puncak dalam olahraga basket? Atau
produser sekaligus sutradara terkenal semacam Steven Spielberg yang sudah
meraih penghargaan tertinggi sebagai seorang sineas? Mengapa Jordan masih
bermain basket dan Spielberg masih juga memproduksi film lainnya?"
Seiring perjalanan hidup, saya semakin menyadari kalau sukses sangatlah berbeda
dengan pengakuan sukses. Dalam buku REACH YOUR MAXIMUM POTENTIAL,
saya menulis bahwa sukses adalah sebuah perjalanan (success is a journey).
Sukses bukanlah sebuah tujuan akhir (success is not a destination).
Perjalanan sukses itu akan sangat berarti jika kita senantiasa melakukan yang
terbaik yang bisa kita lakukan. Dengan kata lain, sukses adalah perjalanan untuk
menemukan sekaligus mengembangkan talenta yang sudah Tuhan percayakan pada
setiap kita dan menjadikannya berkat bagi hidup sesama. Mentor saya, Dr. John C.
Maxwell pernah mengatakan kalau sukses terdiri dari tiga hal penting, yakni
mengetahui tujuan hidup Anda (knowing your purpose in life), bertumbuh menggapai
potensi maksimal Anda (growing to your maximum potential), dan menaburkan benih
yang membawa keuntungan bagi orang lain (sowing seeds that benefit others).
Bertolak dari definisi sukses adalah sebuah perjalanan maka seorang mahasiswa
tidak boleh berkata dia akan sukses jika ia diwisuda. Mengapa? Jika ia berkata
demikian, maka pada saat ia diwisuda kemungkinan besar ia akan medefinisikan
ulang kesuksesannya dengan berkata, "Saya akan sukses jika saya sudah dapat
pekerjaan".
Hal tersebut dapat terus berlanjut. Misalnya setelah mendapatkan pekerjaan ia akan
berkata kalau ia akan sukses jika ia sudah menjadi manager di perusahaan tersebut.
Ketika jadi manager, ia akan berkata, ia akan sukses jika ia menjadi direktur. Tatkala
menjadi direktur, ia berkata, ia akan sukses jika ia berhasil membawa
perusahaannya menjadi nomor satu dalam hal penjualan, dan seterusnya. Cara
pandang seperti ini bisa jadi akan membuatnya stres karena ia merasa belum meraih
apa-apa.
Jika seseorang telah melakukan yang terbaik sepanjang perjalanan hidupnya ia
sebenarnya sudah sukses. Dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke
hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, jika ia senantiasa melakukan yang terbaik, ia

sebetulnya sudah sukses hanya mungkin ia belum mendapatkan pengakuan atas
kesuksesannya. Persis sebuah pepatah bijak mengatakan, "You can become the
star of the hour if you make the minutes count." Ya, Anda dapat menjadi bintang
pada jam ini jika Anda menjadikan setiap menitnya berarti.
Lalu bagaimana dengan wisuda? Itu adalah pengakuan atas kesuksesan seorang
mahasiswa yang telah menjalani masa studinya dengan baik. Saya berikan contoh
lainnya. Ketika saya menulis buku, saya tentu punya target kira-kira berapa halaman
tebal buku tersebut. Saya kemudian mengatur jadwal untuk studi literatur, melakukan
sejumlah wawancara dengan narasumber, membuat kerangka buku,
mempresentasikan kerangka tersebut kepada penerbit, lalu mulai menulis dan
seterusnya.
Jika proses itu saya lakukan dengan sepenuh hati dan saya memberikan upaya
terbaik saya, maka sesungguhnya saya sudah sukses. Halaman demi halaman yang
saya lalui dengan proses kerja keras dan juga kerja cerdas demi memberikan yang
terbaik kepada para pembaca, itu juga sebuah kesuksesan.
Lalu bagaimana dengan pengakuan sukses atas buku tersebut? Salah satunya
adalah ketika buku tersebut memberikan manfaat bagi hidup orang lain sehingga
berbagai pujian datang kepada saya. Salah satu bentuk pujian bisa jadi adalah ketika
buku itu cetak ulang dalam waktu singkat atau masuk dalam kategori buku laris (best
seller).
Sayangnya, orang sering mencampuradukkan antara sukses dan pengakuan
sukses.. Tidak mengherankan jika dalam pertemuan alumni beberapa tahun setelah
wisuda, orang mulai menilai kesuksesan berdasarkan apa yang telah diraih teman
sekampusnya dulu. Misalnya, kalau ia sudah bisa membeli rumah di kompleks
perumahan elit dan memiliki mobil mewah maka oleh teman-temannya ia akan
dikatakan sukses. Padahal, itu adalah pengakuan sukses. Dan, pengakuan itu tidak
akan banyak gunanya jika cara ia memperolehnya tidak baik, misalnya melalui jalan
curang atau korupsi. Bagaimana menurut Anda? ***
Sumber: Mengejar Sukses oleh Paulus Winarto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar