Senin, 10 Juli 2017

Kehidupan Baru Dimulai Umur 40 Tahun


"A man is not old until regrets take the place of dreams. - Manusia tidak menjadi tua sampai
penyesalan menggantikan impiannya." Mark Twain, dalam suratnya kepada Edward L. Dimmitt,
tertanggal 19 Juli tahun 1901.
Usia bukanlah faktor penentu kesuksesan atau kebahagiaan seseorang.
Pertambahan usia tidak mengurangi semangat ataupun membuat hati saya risau.
Sampai suatu ketika saya disapa om oleh seorang anak kecil. Saya membatin,
"Rupanya pertambahan usia sudah terlihat dalam penampilan saya."
Apalagi sejak memasuki usia 40 tahun, saya merasa energi dan stamina mulai
menurun. Padahal sebelumnya saya masih merasa segar meskipun sudah
memandu sebuah seminar yang diselenggarakan selama selama 2 hari 1 malam.
Penurunan fungsi organ tubuh juga saya rasakan ketika membaca buku tiba-tiba
hurufnya kabur. Setelah saya angkat agak jauh barulah kelihatan.
Saya terpaksa berobat ke dokter spesialis mata. Tetapi dokter menyatakan saya
harus mengenakan kacamata plus ukuran 1,5. Ketika saya bertanya apakah ada
alternatif lain untuk memperbaiki kondisi mata saya, misalnya operasi atau terapi?
Dengan santai tetapi tegas dokter itu menjawab tidak bisa. Jawaban itu seketika
membuat saya seakan-akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Kemudian salah seorang teman saya mengomentari, "Nasi sudah jadi bubur, mata
basi sudah jadi kabur. Kehidupan dimulai di usia 40 berarti mulai budek (kesulitan
mendengar), mulai pikun, mulai terserang tekanan darah tinggi, mulai cepat lelah,
mulai cepat bingung, mulai begini begitu!" Di samping berkurangnya fungsi organ
tubuh, tanggung jawab di usia 40 tahun juga semakin besar entah sebagai orang tua,
anak, dan pasangan. Apakah ungkapan yang menyatakan bahwa kehidupan dimulai
di usia 40 hanyalah slogan belaka untuk menutupi rasa frustasi karena kebutuhan
semakin besar sedangkan pendapatan menurun, atau hanya untuk menghibur diri
karena diliputi kekhawatiran akibat pertambahan usia dan penurunan fungsi organ
tubuh serta penampilan?
Suka atau tidak suka itulah kenyataan yang harus saya terima. Tetapi saya tidak
pasrah begitu saja, karena pasti ada hikmah dibalik semua itu. Pepatah mengatakan,
"Every adversity, every failure, every heartache carries with it the seed on an equal
or greater benefit. Setiap tantangan, kegagalan, dan kesedihan menciptakan awal
keberuntungan yang luar biasa."
Saya tak ingin berlama-lama menyesali segala yang hilang seiring bertambahnya
usia. Lebih mendisiplinkan diri melakukan pola kehidupan sehat sesegera mungkin
adalah ide yang melintas begitu saja di dalam benak saya kala itu. Bertambahnya
usia membuat saya berusaha lebih disiplin meluangkan setiap pagi berolah raga,
yaitu berjalan diatas treadmill sekurang-kurangnya 45 - 60 menit sambil menonton
televisi khususnya berita terhangat di dunia.

Sementara untuk kebugaran tubuh dari dalam, sebagai seorang vegetarian saya
selalu minum 5 jenis sari buah dansayur setiap bangun pagi. Saya juga
mengkonsumsi makanan kesehatan alami. Hal itu saya lakukan supaya tubuh
mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang, meskipun saya membatasi
konsumsi makanan untuk menjaga berat badan tidak lebih atau kurang dari 68
kilogram. Kebiasaan berolah raga, minum sari buah dan sayuran, serta
melengkapinya dengan makan makanan kesehatan cukup membantu upaya saya
menjaga energi dan stamina tubuh tetap bugar meski usia merangkak naik.
Di sela kesibukan, saya upayakan belajar dari buku, internet, atau fenomena
kehidupan sehari-hari. Saya lakukan hal itu secara berkesinambungan. Ilmu
pengetahuan yang telah saya peroleh dari aktifitas belajar merupakan sumber
semangat dan inspirasi untuk menulis buku. Jadi meskipun usia bertambah, ilmu
pengetahuan memungkinkan saya lebih produktif dalam bekerja dan menulis buku.
Semakin bertambah usia mendorong saya untuk memperbanyak waktu
mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Aktifitas spiritual saat sembahyang dan
berdo'a menjadi sumber keseimbangan dan kedamaian hati. "Science without
religion is lame, religion without science is blind. Ilmu pengetahuan tanpa agama
akan timpang, sedangkan agama tanpa ilmu juga akan buta," kata Einstein. Di usia
yang merambat naik diatas 40, aktifitas menjalankan ibadah memperbesar kekuatan
di dalam diri saya untuk melaksanakan tanggung jawab dalam pekerjaan dengan
benar dan lebih baik, begitupun tanggung jawab sebagai ayah, anak atau sebagai
pasangan.
Pertambahan usia membuat saya ingin lebih lama bersama keluarga, sebab selama
ini saya lebih banyak menggunakan waktu untuk bekerja. Saya menyisakan lebih
banyak waktu bersama anak-anak dan istri. Bermain dan tertawa bersama mereka
membuat saya merasa lebih muda 10 tahun.
Meski usia sudah 44 tahun, saya masih dapat menciptakan kemajuan lebih besar,
menikmati kebahagiaan dan hidup lebih baik. Semua itu tidak selalu terkait dengan
uang, melainkan pola hidup dan makan yang sehat, serta memperbanyak waktu
untuk keluarga dan belajar serta mempertebal keimanan. Cara itu telah membuat
saya benar-benar menikmati fase hidup diatas usia 40 tahun. Serasa kehidupan
yang baru saya mulai.
Sumber: Kehidupan Baru Dimulai Umur 40 Tahun oleh Andrew How

Tidak ada komentar:

Posting Komentar