Pendidikan Karakter sangat penting untuk membenahi diri menuju kehidupan yang jauh lebih baik
Senin, 10 Juli 2017
Karir, Bisnis atau Keluarga?
Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya
sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga. -St. Paul-
"Sama sekali tidak ada penyesalan di hati saya," kata seorang mantan wanita karir
kepada saya saat saya menanyakan apakah ada penyesalan setelah ia
meninggalkan pekerjaannya demi mengasuh anaknya yang baru berusia lima bulan.
Ketika saya tanyakan lebih lanjut, apa motivasi utama sehingga ia dengan tekad
bulat mengucapkan selamat tinggal kepada karir yang telah dirintisnya sejak
bertahun-tahun silam, dengan santai ia berujar, "Sekarang peran saya sudah
berubah. Jadi buat apa disesali? Daripada saya di kantor tapi pikiran saya masih di
rumah."
Mirip dengan kisah di atas, baru-baru ini seorang wanita karir dan suaminya
mendatangi saya lalu kami berdiskusi panjang-lebar mengenai apakah sang istri
harus rela melepaskan karirnya demi membantu sang suami mengembangkan
bisnisnya. Setelah diskusi panjang-lebar, kami mengambil kesimpulan bahwa
kehadiran sang istri di perusahaan sang suami memiliki beberapa manfaat sangat
positif. Mulai dari menjaga keharmonisan keluarga (karena tidak lagi terpisah jarak),
menaikkan semangat kerja sang suami hingga memungkinkan sang suami untuk
lebih berkonsentrasi pada segi pemasaran. Artinya, sang istri dengan latar belakang
pekerjaan selama ini akan lebih mudah mengurusi segala hal yang berhubungan
dengan keuangan dan administrasi sementara sang suami bisa lebih fokus untuk
menawarkan produknya kepada calon konsumen. "Sejauh ini saya memang sudah
memiliki asisten di kantor, namun kurang maksimal. Saya yakin kalau istri saya ikut
terlibat tentu hasilnya akan jauh lebih baik," ujar sang suami.
Artikel ini saya tulis bukan dengan tendensi mengatakan wanita tidak boleh berkarir
atau berbisnis. Sama sekali tidak! Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk
sejenak merenungkan kembali prioritas dalam hidup kita. Benar kata orang bijak,
kalau hidup ini memang penuh dengan pilihan. Dan setiap pilihan mengandung
konsekuensi tersendiri, entah kita sadari atau tidak.
Ada kisah mengenai sepasang ayah ibu yang begitu giatnya bekerja. Hampir saban
hari, mereka berangkat kerja pagi-pagi ketika putri tunggalnya yang masih duduk di
bangku kelas dua sekolah dasar sedang tidur. Alhasil, mereka hampir tidak pernah
punya waktu untuk sekedar bersantap pagi dengan sang putri tercinta. Dan biasanya,
mereka baru tiba di rumah sekitar pukul sembilan malam, saat sang putri sudah
mulai terlelap dalam tidurnya.
Pada suatu pagi di hari minggu, sang ibu melihat gambar hasil karya anaknya itu.
Dalam gambar tersebut ada gambar rumah mereka dan gambar sang putri yang
sedang bermain bersama sang pembantu. Tidak ada gambar dirinya serta sang
suami. Ibu bertanya kepada sang putri, "Mengapa dalam gambar tersebut tidak ada
ayah dan ibu?" Dengan wajah tidak berdosa, sang putri langsung menjawab, "Habis,
ayah dan ibu ngga pernah di rumah, sih."
Ada fenomena lucu sekaligus menyedihkan. Sering kali saya melihat orang kaya
yang begitu memanjakan anak mereka dengan berbagai fasilitas dan uang. Padahal
yang paling dibutuhkan oleh anak-anak mereka adalah kehadiran mereka. Kehadiran
sebagai wujud kasih seringkali menjadi "obat" paling mujarab bagi jiwa mereka
sekaligus benteng perlindungan saat mereka beranjak remaja. Sayangnya, ketika
kasih tersebut tidak mereka dapatkan, mereka cenderung mencarinya di tempat lain
yang bisa jadi akan berakibat fatal, seperti terjerumus dalam kenakalan remaja,
narkoba, dsb. Ketika hal tersebut terjadi, maka tampak nyatalah kalau materi, uang,
fasilitas dsb tidak ada artinya lagi. Lalu, mereka mencoba kembali merajut benang
kasih yang selama ini telah menjadi begitu kusut karena tidak diperhatikan. Kasihan
sekali!
Diakui atau tidak, pada akhir hidup seseorang, ia biasanya ingin dikenang sebagai
ayah dan ibu yang baik serta sahabat yang baik. Bukan karena ia hebat, punya karir
yang bagus, punya harta berlimpah, dan seterusnya. Tampaknya nasihat dari mentor
saya Dr. John C. Maxwell patut juga kita renungkan, "Success is those closest to you
love and respect you the most." Ya, sukses akan kita dapatkan ketika mereka yang
paling dekat dengan kita mengasihi dan menghormati kita lebih dari yang lain.
Bagaimana menurut Anda? ***
Sumber: Karir, Bisnis atau Keluarga? oleh Paulus Winarto.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar