Pendidikan Karakter sangat penting untuk membenahi diri menuju kehidupan yang jauh lebih baik
Senin, 10 Juli 2017
Mendaki Gunung Lempuyang
"Nothing is too high for a man to reach, but he must climb with care and confidence. ~ Tak satu pun
terlalu tinggi untuk dicapai, tetapi ia harus mendaki dengan hati-hati dan percaya diri."~ Hans
Christian Andersen
Gunung Lempuyang berada di ujung timur pulau Bali. Di gunung tersebut berdiri
salah satu pura tertua di pulau Bali, yang dibangun pada jaman pra-Hindu- Budha.
Pura tersebut adalah pura terbesar ketiga setelah pura Besakih dan Ulun Danu Batur.
Lempuyang merupakan akronim dari kata lempu yang bermakna lampu atau sinar
dan hyang berarti Tuhan. Lempuyang berarti sinar suci Tuhan yang terang
benderang. Ada kisah menarik tentang pura di gunung setinggi 1.174 meter itu. Saya
mendengar dari masyarakat di sana tentang sebuah pemotretan di luar angkasa,
yang menangkap sebuah sinar yang sangat terang di ujung timur pulau Bali. Sinar
tersebut dipercaya berasal dari sebuah pura di gunung Lempuyang.
Saya terkesan mendengar tentang kemegahan dan ketinggian pura itu. Terlebih
saya sudah cukup lama tidak pernah mendaki tempat yang cukup tinggi. Saya
berpikir mendaki 1.750 anak tangga adalah tantangan sekaligus kesempatan untuk
kembali berlatih. Maka saya langsung mengiyakan ajakan lima orang teman di Bali
untuk meniti ribuan anak tangga pura tersebut.
Usai memberikan seminar di Singaraja dan Denpasar dalam dua hari, keesokan
harinya kami segera melakukan persiapan pendakian. Sepanjang mempersiapkan
perbekalan, pikiran saya sibuk membayangkan pemandangan alam dilihat dari
puncak salah satu pura tertua di Bali. "Pasti sangat mengagumkan dan luar biasa,"
gumam saya dalam hati.
Proses awal ditandai dengan keinginan untuk meniti setiap tangga supaya sampai ke
puncak pura. Dibutuhkan tenaga dan semangat luar biasa untuk sampai ke sana.
Agar tenaga dan semangat tidak kendor, untuk itu diperlukan sebuah komitmen.
Begitupun dalam upaya berprestasi, sedari awal dibutuhkan komitmen untuk berhasil.
Mario Andretti, seorang pembalap mobil, mengatakan bahwa komitmen
memungkinkan kita mencapai setiap keberhasilan yang kita inginkan: "Desire is the
key to motivation, but it's the determination and commitment to an unrelenting pursuit
of your goal - a commitment to excellence - that will enable you to attain the success
you seek."
Setelah semua perbekalan siap, kami segera berangkat. Kami harus naik ojek untuk
sampai di kaki gunung. Setiba di sana, saya takjub pada ketinggian pura. "Apa
mungkin saya bisa sampai ke puncak pura?" batin saya. Komitmen untuk
menaklukkan gunung tersebut membuat kami tak menunggu lebih lama untuk segera
memulai proses pendakian.
Mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan adalah bagian yang tak
terpisahkan untuk bisa sampai ke puncak pura Lempuyang. Sepatu olahraga dan
minuman adalah dua bagian penting dari keseluruhan persiapan pendakian.
Begitupun untuk meraih keberhasilan, dibutuhkan persiapan. Lucius Annaeus
Seneca mengatakan: "Luck is what happens when preparation meets opportunity.
Keberuntungan akan terjadi ketika persiapan yang sudah matang bertemu dengan
kesempatan."
Setelah itu, menciptakan strategi adalah bagian penting dalam proses pendakian.
Kami membagi pendakian menjadi empat bagian. Proses pendakian mungkin sama,
di mana secara fisik dan mental kami benar-benar diuji. Tetapi dengan menerapkan
strategi tersebut membuat kami bisa memfokuskan energi dan kekuatan pada setiap
bagian. Meskipun cukup melelahkan, tanpa terasa akhirnya kami berhasil melintasi
bagian-bagian terakhir.
Mencapai keberhasilan di bidang lain pun perlu menerapkan strategi. Kita tidak akan
merasa proses itu terasa panjang dan melelahkan, karena strategi yang kita
terapkan menjadikan proses itu terasa menyenangkan. Selain itu, strategi juga
menjadikan pendekatan dan langkah-langkah yang harus kita tempuh lebih efisien
dan tepat sasaran.
Dalam perjalanan pendakian, masing-masing di antara kami saling memotivasi.
Kebetulan salah seorang teman adalah wanita. Dia sempat pucat, tetapi setelah
kami semua memberikan dorongan, akhirnya dia berhasil juga sampai ke puncak.
Saat itu kami juga berpapasan dengan rombongan pelajar yang turun dari puncak.
Kami menyapa mereka dan memberikan ucapan selamat karena sudah berhasil
mencapai puncak. Mereka pun memotivasi kami, "Teruskan, 15 menit lagi pasti
sampai!" Motivasi mereka tentu membuat kami kembali optimis dan bersemangat.
Padahal setelah 15 menit kami juga belum sampai ke puncak.
Motivasi dari orang lain ataupun dari dalam diri kita sendiri membuat kita tidak
mudah menyerah. Saya juga sempat kelelahan saat mendaki pura Lempuyang.
Tetapi saya berusaha memotivasi diri sendiri. "Tahun 2001 saya mampu naik ke
puncak tertinggi Jiayu Pass di Tembok Besar Cina. Maka kali ini saya pasti bisa,"
batin saya. Pengalaman sukses yang lalu memberi dorongan dan semangat yang
luar biasa.
Contoh tersebut sebenarnya membuktikan bahwa kita memiliki kekuatan yang
sangat besar untuk melampaui tantangan sebesar apa pun. Dibutuhkan sebuah
motivasi untuk menggerakkan semua kekuatan itu, entah motivasi dari orang lain
atau dari diri kita sendiri. "Motivation is the fuel, necessary to keep the human engine
running. Motivasi adalah bahan bakar, sangat penting untuk menjaga semangat
manusia tetap menyala," ungkap Zig Ziglar.
Cara yang paling efektif untuk berhasil melampaui tantangan adalah dengan
menikmati proses itu sendiri. Pada waktu mendaki Pura Lempuyang, kami butuh
waktu untuk istirahat, dan benar-benar kami manfaatkan untuk menikmati suasana.
Meskipun hanya ada monyet yang melintas, tetapi kami sangat menikmati semua itu.
Sehingga perjalanan kami tidak terasa terlalu melelahkan dan membosankan.
Akhirnya kami sampai di puncak pura Lempuyang. Cucuran keringat saat berjuang
mencapai puncak terbayar sudah, saat kami melihat pemandangan dari puncak pura
yang sungguh luar biasa. Kami merasa seakan berada di atas awan. Hawa dan
suasananya begitu sejuk dan tenang. Kami lewatkan beberapa saat di puncak pura
Lempuyang untuk merayakan keberhasilan kami. Tetapi kami tentu tidak berlamalama
di sana, karena kami harus segera turun dan memulai aktivitas kami seperti
biasa.
Pengalaman itu sangat berharga, dan saya kira terkait erat dengan proses menuju
puncak keberhasilan berprestasi. Kalaupun kita berhasil mencapai keberhasilan, tak
salah jika kita meluangkan waktu untuk merayakannya. Tetapi sebuah prestasi
bukanlah sebuah tujuan, melainkan sebuah proses.
Jadi jangan terlalu lama berada di sana atau merasa sudah cukup puas. Tetapi kita
harus kembali menyusun visi, berkomitmen dan bersiap melaksanakan langkahlangkah
untuk menyongsong kesuksesan berikutnya, dan yang terpenting adalah
menjadi lebih baik dari sebelumnya. "Tidak ada kemuliaan yang dicapai dengan
menjadi lebih baik dari orang lain. Kemuliaan sesungguhnya adalah menjadi lebih
baik dari diri sebelumnya," kata pepatah Tiongkok kuno.[]
Sumber: Mendaki Gunung Lempuyang oleh Andrew Ho.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar